Belanja Online Memang Mudah Namun Berisiko Tinggi

AnekaTekno.com - Statistik penggunaan smartphone yang dikemukakan oleh Skycure menyatakan bahwa selama 2016 uang sebesar $40.241 miliar telah dihabiskan sepanjang tahun 2016 menggunakan smartphone. Sekitar $656 miliar habis untuk kegiatan yang berkaitan dengan jual beli online pada musim libur. 90 % pengguna smartphone mencari keterangan dengan telepon mereka selama belanja di toko fisik dan 50% tidak sengaja mengklik iklan digital. Besarnya jumlah uang yang berputar untuk belanja online memberikan gambaran mengapa pengguna smartphone merupakan sasaran empuk bagi kejahatan digital.

Data tersebut sekaligus menguatkan prediksi ESET sejak 2013 tentang pertumbuhan malware smartphone. Selama 2015, ditemukan per bulannya rata-rata 200 malware varian baru dan kode berbahaya dibuat untuk Android. Pada 2016 jumlah ini meningkat menjadi 300 varian baru per bulan untuk Android dan 2 untuk iOS. Jumlah itu terus meningkat pada 2017 menjadi rata-rata 400 malware baru per bulan.

Sementara menurut Daily Social, di Indonesia pengguna smartphone mendominasi penggunaan internet hingga mencapai 84%. 65% diantaranya setidaknya melakukan transaksi sekali dalam satu bulan saat berbelanja online. Faktanya seperti yang ditulis pada laporan ESET tentang cyber savviness di Asia tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-6 atau menjadi negara yang paling tidak memiliki wawasan cukup tentang proteksi diri saat online.

Menanggapi hal ini, Technical Consultant PT Prosperita – ESET Indonesia, Yudhi Kukuh mengatakan bahwa jalan keluar terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan terus menerus melakukan edukasi bagi pengguna tentang pentingnya mengimplementasi perlindungan terhadap keamanan transaksi keuangan online dan perbankan yang tepat guna pada perangkat, sehingga terhindar dari kejahatan digital.

Seperti sebuah adagium yang mengatakan bahwa di mana ada uang dan pengguna maka penjahat digital juga akan ada di sana. Dan untuk memastikan aman Yudhi menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
  • Gunakan aplikasi resmi yang dikeluarkan oleh setiap toko online, aplikasi resmi hanya terdapat di Google Play Store atau Apple App Store. Aplikasi-aplikasi yang masuk toko aplikasi pihak ketiga seringkali tidak melalui pemeriksaan keamanan sehingga kemungkinan besar mengandung malware berbahaya atau ransomware ponsel.

  • Pelajari permintaan akses pada aplikasi smartphone, jangan mudah memberikan hak admin terhadap aplikasi yang terinstal pada perangkat. Beberapa malware ponsel memiliki kebiasaan meminta hak admin, tujuannya untuk memperoleh akses ke fungsi yang paling penting sehingga mampu mengontrol ponsel dan melakukan berbagai kegiatan ilegal tanpa sepengetahuan pemilik.

  • Berhati-hati dalam menyimpan informasi penting, seperti username/password dan nomor kartu kredit. Begitu besar peralihan pengguna komputer ke smartphone dan tablet karena didorong oleh fleksibilitas dalam penggunaan, kemampuan menyimpan data dan berbagai keunggulan lain yang mempermudah manusia dalam beraktivitas.

  • Pastikan mengunci komputer/smartphone Anda. Kebiasaan menyimpan informasi login serta metode pembayaran pada aplikasi/browser dapat dengan mudah digunakan oleh orang yamg memiliki hak akses ke perangkat.

  • Bila harus menggunakan browser, pastikan browser yang digunakan dilengkapi fitur Banking dan Payment Protection yang mampu memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi.
Sementara untuk mengenali situs online palsu atau yang mungkin memiliki indikasi kuat sebagai situs jebakan, berikut beberapa Tips mengenali situs abal-abal:

  • Perhatikan URL situs yang dikunjungi, bila memiliki URL yang aneh sebaiknya dihindari.

  • Pilihan produk yang janggal, misalnya situs mengkhususkan diri menjual pakaian tetapi juga menjual suku cadang mobil atau bahan konstruksi.

  • Sebuah toko online akan menyewa copywriter khusus untuk membuat deskripsi produk yang sederhana, mudah diingat dan indah. Jadi jika menemukan sebuah produk menggunakan deskripsi asal-asalan ini bisa jadi pertanda bahwa produk yang dijual meragukan

  • Kontak email yang aneh, jika email untuk layanan pelanggan seperti “ebaysupport@gmail.com” daripada “support@ebay.com” bisa dipastikan toko online adalah palsu.

  • Menawarkan harga sangat murah dibandingkan toko online yang lain atau bahkan dari website resmi produk yang dijual.

  • Desain buruk. toko online, terutama di bidang fashion, akan memberikan tampilan desain yang sangat menarik, kreatif dan berkesan. Bukan asal-asalan atau asal jadi, karena bila begitu ada indikasi kuat toko online ini abal-abal.
Selanjutnya, saran Yudhi sebagai penutup “Setidaknya setiap E-Commerce harus mulai menggunakan Two Factor Authentication (2FA) sebagai pengamanan tambahan saat customer bertransaksi. Dengan meningkatnya ancaman penipuan online, mengamankan e-commerce merupakan prioritas utama. Metode 2FA membantu perusahaan e-commerce mengendalikan akses ke jaringan internal mereka, dan menawarkan layanan keamanan berlapis kepada pelanggan.”

Share on Facebook
Share on Twitter
Tags :

Related : Belanja Online Memang Mudah Namun Berisiko Tinggi